Labels

Senin, 18 Juni 2012

TERJEMAHAN KITAB AL-BARZANJI


Terjemahan Maulid Al-barzanji
(sumber dari Abienyamui.blogspot.com)

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang.
Aku mulai membacakan dengan nama Dzat Yang
Mahatinggi. Dengan memohon limpahan keberkahan
atas apa yang Allah berikan dan karuniakan kepadanya
(Nabi Muhammad SAW). Aku memuji dengan
pujian yang sumbernya selalu membuatku menikmati.
Dengan mengendarai rasa syukur yang
indah. Aku pohonkan shalawat dan salam (rahmat
dan kesejahteraan) atas cahaya yang disifati dengan
kedahuluan (atas makhluk lain) dan keawalan (atas
seluruh makhluk). Yang berpindah-pindah pada
orang-orang yang mulia.
Aku memohon kepada Allah karunia keridhaan
yang khusus bagi keluarga beliau yang suci. Dan
umumnya bagi para sahabat, para pengikut, dan
orang yang dicintainya. Dan aku meminta tolong
kepada-Nya agar mendapat petunjuk untuk menempuh
jalan yang jelas dan terang. Dan terpelihara
dari kesesatan di tempat-tempat dan jalan-jalan
kesalahan.
Aku sebar luaskan kain yang baik lagi indah
tentang kisah kelahiran Nabi SAW. Dengan merangkai
puisi mengenai keturunan yang mulia sebagai
kalung yang membuat telinga terhias dengannya.
Dan aku minta tolong dengan daya Allah Ta‘ala dan
kekuatan-Nya yang kuat. Karena, sesungguhnya tidak
ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan
Allah.
***
Setelah itu aku berkata: Dia adalah junjungan
kita, Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdil
Muththalib. Namanya (nama Abdul Muthalib) adalah
Syaibatul Hamdi, dan perilaku-perilakunya yang
luhur itu terpuji. Ia putra Hasyim, yang nama sebenarnya
‘Amr, putra Abdi Manaf, yang nama sebenar-
nya Mughirah, yang keluhuran itu dicitrakan kepadanya
karena kemuliaan nasabnya. Ia putra Qushay,
yang nama sebenarnya Mujammi’. Disebut Qushaiy
karena jauhnya (ia pergi) ke negeri Qudha‘ah yang
jauh. Sampai Allah Ta‘ala mengembalikannya ke
tanah haram (suci) dan terhormat, lalu Dia memeliharanya
dengan suatu pemeliharaan yang sesungguhnya.
Ia putra Kilab, nama sebenarnya Hakim, putra
Murrah, putra Ka‘ab, putra Luayy, putra Fihr, yang
nama sebenarnya Quraisy. Dan kepadanya dinasabkan
semua suku Quraisy. Orang yang di atasnya
adalah dari Kabilah Kinanah, sebagaimana pendapat
banyak orang. Ia (Fihr) adalah putra Malik, putra
Nadhr, putra Kinanah, putra Khuzaimah, putra Mudrikah,
putra Ilyas. Dan Ilyas ini adalah orang pertama
yang mengorbankan unta ke tanah haram (Baitul
Haram). Dan di tulang punggungnya, terdengar Nabi
SAW menyebut dan memenuhi panggilan Allah
Ta‘ala. Ia (Ilyas) adalah putra Mudhar bin Nizar bin
Ma‘ad bin Adnan.
Inilah kalung yang butiran-butiran mutiaranya
terangkai oleh sunnah yang tinggi. Untuk menyebutkan
orang-orang di atasnya (di atas Adnan) sampai
kepada Al-Khalil, Nabi Ibrahim, Syari‘ (yakni
Nabi) menahan dan enggan menyebutnya. Dan tidak
diragukan lagi, menurut orang-orang yang memiliki
ilmu nasab, nasab Adnan sampai kepada Dzabih
(orang yang akan disembelih), yakni Ismail.
Alangkah agungnya nasab itu dari untaian permata
yang bintangnya gemerlapan. Bagaimana tidak,
sedangkan tuan yang paling mulia (Nabi Muhammad
SAW) adalah pusatnya yang terpilih. Itulah nasab yang
diyakini ketinggiannya karena kebersihannya. Bintang
Jauza‘ (Aries) telah merangkai bintang-bintangnya.
Alangkah indahnya untaian kesempurnaan dan ke-
megahan, sedangkan engkau padanya merupakan
permata tunggal yang terpelihara.
Alangkah mulianya keturunan yang disucikan
oleh Allah Ta‘ala dari perzinaan Jahiliyyah. Zain Al-
Iraqi menuturkan dan meriwayatkannya di dalam
karangannya yang bagus. Tuhan memelihara nenek
moyangnya yang mulia (dari perbuatan nista) karena
memuliakan Muhammad, yaitu untuk menjaga
namanya. Mereka meninggalkan perzinaan, maka
cacat perzinaan itu tidak menimpa mereka, dari
Adam sampai ayah-ibu beliau. Mereka adalah para
pemimpin yang cahaya kenabian berjalan di garisgaris
dahi mereka yang cemerlang. Dan jelaslah
cahayanya (Nabi Muhammad) di dahi datuknya,
Abdul Muththalib, dan anaknya, Abdullah.
***
Ketika Allah Ta‘ala menghendaki untuk menampakkan
hakikatnya yang terpuji, dan memunculkannya
sebagai jasmani dan ruhani dalam bentuk dan
pengertiannya, Dia memindahkannya ke tempat menetapnya
di kandungan Aminah Az-Zuhriyyah, dan
Dzat Yang Mahadekat dan Maha Memperkenankan,
mengkhususkannya (Aminah) menjadi ibu makhluk
pilihan-Nya.
Diserukan di langit dan di bumi bahwa ia (Aminah)
mengandungnya. Dan berembuslah angin sepoisepoi
basah di pagi hari. Setelah lama gersang, bumi
dipakaikan sutra tebal dari tumbuh-tumbuhan. Buahbuah
menjadi masak, dan pohon-pohon mendekati
orang yang akan memetiknya. Setiap binatang suku
Quraisy mengucapkan dengan bahasa Arab yang
fasih bahwa beliau sedang dikandung. Singgasanasinggasana
raja dan berhala menjadi tersungkur
pada muka dan mulutnya. Binatang-binatang liar
bumi Timur dan Barat serta binatang laut saling bertemu.
Seluruh alam merasakan kesenangan
Jin memberitakan dekatnya masanya (masa kelahiran
beliau), sedangkan juru tenung menjadi binasa
dan para pendeta menjadi takut. Setiap orang
pandai dan waspada, membicarakan beritanya dan
himpunan kebaikannya yang membingungkan (alam).
Ibunya di dalam tidur (mimpi) didatangi dan dikatakan
kepadanya, “Sesungguhnya kamu mengandung
pemimpin seluruh alam dan sebaik-baik manusia.
Apabila kamu melahirkannya, namailah ia Muhammad
(artinya orang yang terpuji), karena ia akan dipuji.”
***
Ketika genap beliau dikandung dua bulan menurut
pendapat yang diriwayatkan dan termasyhur,
ayahnya, Abdullah, wafat di Madinah Al-Munawwarah.
Ia ketika itu telah singgah pada pamanpamannya
dari Bani ‘Adiy yang termasuk kelompok
Najjar. Ia tinggal di tempat mereka selama satu bulan
karena sakit parah.
Ketika genap beliau dikandung sembilan bulan
Qamariyah menurut pendapat yang kuat, datanglah
masa hilangnya haus. Pada malam kelahirannya,
Asiyah dan Maryam datang kepada ibunya bersama
sekelompok perempuan dari Hadhiratul Qudsiyyah.
Lalu Aminah merasakan sakitnya orang yang mau
melahirkan, kemudian ia melahirkan beliau dengan
cahayanya yang cemerlang. Wajahmu bagaikan
matahari yang menyinari, yang karenanya malam
menjadi terang benderang.
Malam kelahiran beliau membawa kegembiraan
dan kemegahan bagi agama, tetapi dalam pandangan
orang-orang kafir tidak disukai dan merupakan wabah
atas mereka. Yaitu, saat putri Wahab memperoleh kemegahan
dengan melahirkannya yang tidak diperoleh
wanita-wanita lain. Aminah membawa kepada kaumnya,
orang yang lebih utama daripada yang dikandung sebelumnya
oleh Maryam yang perawan.
Terus-menerus kabar gembira memberitakan
bahwa insan pilihan telah dilahirkan dan benarlah
kegembiraan itu. Demikianlah, para imam yang
memiliki riwayat dan pemikiran, memandang baik
untuk berdiri ketika menyebutkan kelahirannya yang
mulia. Maka kebaikanlah yang didapatkan orang
yang penghormatannya terhadap Nabi SAW sampai
ke puncak harapan dan tujuan.
***
Beliau lahir dengan meletakkan kedua tangannya
di atas tanah dengan mengangkat kepalanya ke
langit yang tinggi. Dengan mengangkatnya itu beliau
mengisyaratkan kepemimpinannya (atas makhluk)
dan ketinggian (akhlaq)-nya. Beliau juga mengisyaratkan
ketinggian derajatnya atas seluruh
manusia. Dan sesungguhnya beliau adalah orang
yang dicintai dan baik naluri dan perangainya.
Ibunya memanggil Abdul Muththalib yang ketika
itu sedang thawaf pada bangunan itu (Ka‘bah). Lalu
ia datang segera dan memandangnya, dan ia
memperoleh kegembiraan yang dicita-citakannya.
Abdul Muththalib lalu memasukkannya ke Ka‘bah
yang cemerlang dan mulai berdoa dengan niat yang
tulus (ikhlas). Ia bersyukur kepada Allah Ta‘ala atas
apa yang telah dianugerahkan dan diberikan kepadanya.
Beliau dilahirkan dalam keadaan bersih, telah
dikhitan, dan dipotong pusatnya dengan tangan
(kekuasaan) Tuhannya. Harum, berminyak rambut,
dan sepasang matanya telah bercelak dengan celak
dari Tuhan. Dan ada pendapat yang mengatakan,
kakeknya mengkhitankannya setelah tujuh malam.
Ia selenggarakan walimah, memberi makan orang,
dan memberi nama kepadanya Muhammad dan ia
muliakan kedudukannya.
***
Ketika beliau lahir, tampaklah beberapa hal yang
luar biasa dan hal-hal ghaib yang asing sebagai
irhash (hal-hal luar biasa yang Allah berikan kepada
seorang nabi dan rasul sebelum diangkat) bagi kenabiannya
dan pemberitahuan bahwa beliau adalah
orang yang dipilih oleh Allah Ta‘ala. Langit ditambah
penjagaannya dan ditolak darinya (dari langit) para
jin dan setan. Bintang-bintang yang bersinar itu merajam
setiap setan yang naik. Bintang-bintang yang
cemerlang menunduk kepada beliau.
Lembah dan bukit di Makkah tersinari dengan
cahayanya. Bersama beliau keluarlah cahaya yang
menerangi istana-istana kaisar di Syam (Syiria).
Maka orang yang rumah dan tempat tinggalnya di
Makkah melihatnya. Dan menjadi retak istana kaisar
di Madain yang bangunannya ditinggikan dan dibangun
oleh Anusyarwan. Empat belas menara
yang tinggi roboh.
Kerajaan Kisra binasa karena terkejut dengan
apa yang menimpanya dan sampai kepadanya.
Padam pula api yang disembah di Kerajaan Persi
karena munculnya cahaya yang menerangi dan sinar
wajahnya. Dan surutlah Danau Sawah yang terletak
di antara Hamadzan dan Qum di negeri ‘Ajam
(negeri non-Arab), keringlah sumber-sumber air itu
pada waktu tercegahnya tetesan yang banyak
mengalir. Dan meluaplah Lembah Samawah, dan
itu menjadi keberuntungan terhadap tanah dan
padang pasir. Sebelumnya di tempat itu tidak ada
air untuk orang yang haus tenggorokannya.
Kelahiran beliau adalah di tempat yang dikenal
dengan Irash di Makkah. Dan negeri yang pohonnya
tidak ditebang dan pohon-pohon perdunya tidak dipotong.
Ada perbedaan pendapat mengenai tahun
kelahirannya, bulan dan harinya. Tetapi pendapat
yang kuat menyebutkan, kelahiran itu menjelang
fajar hari Senin tanggal dua belas bulan Rabi‘ul
Awwal tahun Gajah, kala itu Allah mencegah gajah
untuk sampai ke Ka‘bah dan Dia menjaganya.
***
Ibunya menyusuinya beberapa hari, kemudian
beliau disusui oleh Tsuwaibah Al-Aslamiyah. Ia perempuan
yang telah dimerdekakan oleh Abu Lahab
ketika ia datang kepadanya memberitahukan kabar
gembira kelahiran beliau. Tsuwaibah menyusui beliau
bersama dengan anak laki-lakinya, Masruh dan
Abu Salamah, dan ia memuliakan dan sayang kepada
beliau. Sebelumnya ia menyusui Hamzah,
yang amalnya terpuji dalam menolong agama Islam.
Beliau mengirim kepadanya (kepada Tsuwaibah,
yakni setelah beliau dewasa) belanja dan pakaian
dari Madinah yang layak untuknya, sampai kematian
datang kepadanya dan kubur menutupinya. Ada
pendapat yang mengatakan, ia tetap mengikuti
agama kaumnya, orang-orang Jahiliyyah. Tapi ada
pula yang mengatakan, ia masuk Islam. Ibnu Mundah
menyebutkan adanya perbedaan pendapat itu.
Kemudian beliau disusui oleh Halimah As-Sa‘diyah.
Dulunya setiap kaum menolak dan enggan menyusukan
bayinya kepadanya karena miskinnya. Lalu kehidupannya
menjadi lebih baik setelah sempit malam
sebelumnya (artinya, dalam waktu sekejap setelah
menyusui beliau, keadaannya sangat berubah).
Susunya penuh dengan air susu. Bagian kanan
payudaranya untuk menyusui Nabi Muhammad, dan
susu yang lain untuk menyusui saudaranya (saudara
sepersusuan). Maka Halimah menjadi kaya
setelah sebelumnya kurus dan miskin. Unta dan
kambingnya yang kurus menjadi gemuk. Dan hilanglah
semua bencana dan musibah darinya. Kebahagiaan
menyulam kerudung kehidupannya.
***
Beliau tumbuh dalam sehari seperti pertumbuhan
anak kecil dalam sebulan dengan perhatian Tuhan.
Beliau telah berdiri di atas kedua telapak kakinya
pada usia tiga bulan, berjalan pada usia lima bulan,
dan kekuatannya telah kuat pada usia sembilan
bulan, dan fasih ucapannya.
Lalu malaikat membelah dadanya yang mulia ketika
beliau tinggal dengan Halimah. Kedua malaikat itu
mengeluarkan gumpalan darah dari dada itu. Keduanya
menghilangkan bagian setan (bagian yang dapat
dimasuki setan) dan keduanya mencucinya dengan
salju, lalu memenuhinya dengan hikmah dan maknamakna
keimanan. Kemudian keduanya menjahitnya
kembali dan mengecapnya dengan cap kenabian.
Setelah itu mereka menimbangnya. Ternyata beliau
mengungguli seribu orang dari umatnya, umat pilihan.
Beliau tumbuh dengan sifat-sifat yang paling sempurna
sejak kanak-kanaknya. Kemudian Halimah
mengembalikannya kepada ibunya meskipun merasa
berat dengan pengembalian itu. Itu ia lakukan
karena takut beliau mengalami malapetaka yang dikhawatirkannya.
Halimah datang kepada beliau pada hari-hari
setelah beliau menikah dengan Khadijah, seorang
nyonya yang baik (budi dan rupanya). Lalu ia menerima
pemberian yang banyak dari beliau. Halimah
juga datang kepada beliau pada Perang Hunain,
lalu beliau bangun menemuinya, dan ia pun memperoleh
pemberian yang banyak. Beliau bentangkan
kebajikan dan kedermawanan untuknya dari selendangnya
yang mulia.
Menurut pendapat yang shahih, Halimah telah
masuk Islam bersama suaminya dan anak-cucunya.
Dan sekelompok perawi terpercaya memasukkan
keduanya ke dalam golongan sahabat.
***
Ketika beliau mencapai usia empat tahun, ibunya
berangkat dengannya ke Madinah. Kemudian ia
kembali lalu wafat di Abwa’ atau Syi‘bul Hajun. Lalu
beliau dibawa oleh pengasuhnya, Ummu Aiman Al-
Habasyiah, yang nantinya beliau nikahkan dengan
Zaid bin Haritsah, maula (bekas budak) beliau.
Ummu Aiman memasukkan beliau ke tempat
kakeknya, Abdul Muthalib. Maka Abdul Muthalib
memeluknya dan ia sangat sayang kepadanya. Lalu
ia berkata, “Sesungguhnya anakku (cucuku) ini mempunyai
kedudukan yang sangat tinggi, maka beruntunglah
orang yang menghormati dan memuliakannya.”
Beliau, yang enggan mengadu, tidak pernah
mengadu lapar dan haus di waktu kanak-kanak.
Sering kali beliau pergi di waktu pagi lalu beliau
minum (sebagai pengganti makan) air zamzam,
sehingga membuatnya kenyang dan segar.
Ketika kematian menjemput kakeknya, Abdul
Muthalib, pamannya, saudara kandung ayahnya,
Abu Thalib, menanggungnya, dengan memeliharanya.
Ia melaksanakan penanggungan itu dengan
kemauan keras dan penuh semangat. Abu Thalib
mendahulukan beliau dibandingkan dirinya dan
anak-anaknya, dan ia juga mendidiknya.
Saat beliau mencapai umur dua belas tahun,
pamannya membawanya pergi ke negeri Syam.
Pendeta Buhaira mengenalnya karena sifat kenabian
yang ada pada diri beliau. Dan ia berkata, “Aku
yakin, beliau adalah pemimpin seluruh alam, utusan
Allah, dan nabi-Nya. Pohon dan batu sujud kepadanya,
padahal keduanya tidak sujud kecuali kepada
nabi yang selalu kembali kepada Allah. Sesungguhnya
kami mendapati sifatnya di dalam kitab samawi
yang terdahulu.” Di antara kedua bahunya terdapat
cap kenabian yang telah diratai oleh cahaya.
Pendeta itu menyuruh pamannya untuk mengembalikannya
ke Makkah, karena mengkhawatirkan
beliau dari perlakuan para pemeluk agama Yahudi.
Maka Abu Thalib membawa pulang beliau dari Syam
yang suci tidak melalui Bashrah.
***
Ketika mencapai usia dua puluh lima tahun, beliau
berpergian ke Bashrah untuk memperdagangkan
barang-barang Khadijah, seorang wanita yang
tertutup (karena selalu di rumah). Beliau ditemani
budak laki-laki Khadijah, Maisarah, untuk membantu
beliau.
Dalam perjalanan, beliau singgah di bawah pohon
di depan biara Nastura, seorang pendeta Nasrani.
Pendeta itu mengenalnya karena bayangan
pohon condong kepadanya dan melindunginya.
Sang pendeta berkata, “Tidaklah singgah di pohon
ini kecuali seorang nabi yang mempunyai sifat yang
bersih dan seorang rasul (utusan) yang telah dikhususkan
dan diberi keutamaan oleh Allah Ta`ala.”
Kemudian pendeta itu berkata kepada Maisarah,
“Apakah pada kedua matanya terdapat tanda
kemerah-merahan yang menunjukkan tanda yang
tersembunyi (samar)?”
Maisarah menjawab, “Ya.”
Maka benarlah apa yang diduga dan dimaksudkan
oleh pendeta itu tentang beliau.
Pendeta itu lalu berkata kepada Maisarah, “Janganlah
kamu berpisah darinya, dan bersamanyalah
kamu dengan niat yang benar dan maksud yang
baik, karena ia termasuk orang yang dimuliakan dan
dipilih oleh Allah Ta`ala dengan kenabian!”
Kemudian beliau pun kembali ke Makkah.
Khadijah, yang sedang bersama perempuanperempuan
lain di dalam kamar, melihatnya datang.
Dua malaikat telah menaungi kepalanya yang mulia
dari teriknya matahari. Maisarah memberitahukan
kepada Khadijah bahwasanya ia pun melihat hal itu
dalam seluruh perjalanannya. Ia juga memberitahukan
apa yang dikatakan oleh pendeta itu dan pesan
yang disampaikannya. Allah melipatgandakan keuntungan
dalam perdagangan itu dan mengembangkannya.
Jelaslah bagi Khadijah mengenai apa yang telah
dilihat dan didengarnya bahwa beliau adalah utusan
Allah Ta‘ala kepada manusia, yang telah ditentukan
oleh Allah Ta‘ala dekat kepada-Nya dan dipilih-
Nya. Maka Khadijah meminangnya untuk dirinya
agar ia dapat menghirup harum-haruman yang menyegarkan
dari keimanan kepadanya.
Lalu beliau memberitahukan kepada pamanpamannya
mengenai apa yang disampaikan oleh
wanita yang baik dan taqwa itu. Mereka senang
kepada Khadijah karena keutamaan, agama, kecantikan,
harta benda, kebangsawanan, dan asal keturunannya.
Masing-masing orang dari kaum itu
menginginkannya. Abu Thalib meminang dan memujinya
setelah memuji Allah dengan pujian yang
tinggi. Dan ia mengatakan, “Dia (Muhammad), demi
Allah, mempunyai berita yang besar yang perjalanannya
itu terpuji.”
Lalu ayah Khadijah mengawinkan dengan beliau.
Tapi ada yang mengatakan pamannya, ada pula
yang mengatakan saudaranya. Kebahagiaannya
yang azali telah ditentukan. Dan ia melahirkan semua
putra-putri Nabi SAW, kecuali putra beliau yang
beliau namakan Ibrahim.
***
Ketika beliau mencapai umur tiga puluh lima
tahun, suku Quraisy membangun kembali Ka‘bah
karena keretakan dindingnya disebabkan oleh banjir
Makkah.
Mereka bersengketa mengenai pengangkatan
Hajar Aswad. Masing-masing berharap mengangkatnya.
Besarlah pembicaraan dan omongan mereka,
dan mereka saling bersumpah untuk berperang
karena kuatnya kefanatikan itu.
Kemudian mereka saling mengajak untuk insaf
dan menyerahkan urusan mereka kepada orang
yang mempunyai pendapat yang benar dan halus.
Mereka memutuskan, hal itu diserahkan kepada
orang yang pertama masuk dari pintu Sadanah Syaibiyah.
Ternyata Nabi SAW yang pertama kali masuk.
Maka mereka mengatakan, “Ini orang yang terpercaya.
Kami semua menerima dan meridhainya.”
Maka mereka memberitakan bahwa mereka ridha
kepadanya untuk menjadi pengambil keputusan dalam
hal yang mendesak ini.
Lalu beliau meletakkan Hajar Aswad itu di selembar
kain, kemudian beliau memerintahkan semua
kabilah untuk mengangkatnya. Lalu mereka
mengangkat ke tempatnya pada sendi bangunan
itu. Beliau meletakkannya dengan tangannya yang
mulia di tempatnya.
***
Ketika genap empat puluh tahun usia beliau,
menurut pendapat yang paling diterima oleh orangorang
yang memiliki ilmu, Allah Ta‘ala mengutusnya
sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan kapada seluruh alam. Lalu beliau meratai
mereka dengan rahmat.
Itu dimulai dengan mimpi yang baik dan jelas
sampai sempurna enam bulan. Beliau hanya melihat
ada seperti sinar subuh datang memancarkan sinarnya.
Dimulainya impian itu sebagai latihan bagi kekuatan
manusia agar tidak terkejut dengan kehadiran
malaikat yang mengabarkan kenabiannya sehingga
beliau tidak kuat.
Beliau disenangkan untuk bersunyi diri. Beliau
beribadah di Gua Hira selama beberapa malam,
sampai datang kebenaran yang jelas dan sempurna
kepadanya. Itu terjadi pada hari Senin tanggal tujuh
belas, bulan yang mengandung Lailatul Qadr (bulan
Ramadhan). Terdapat perbedaan pendapat mengenai
itu. Yaitu dua puluh tujuh, dua puluh empat, atau
dua puluh delapan, bulan kelahirannya, yang padanya
muncul wajah yang bagaikan bulan purnama
(bulan Rabi‘ul Awwal).
Kemudian malaikat berkata kepadanya, “Bacalah!”
Beliau mengatakan, “Aku tidak dapat membaca.”
Maka malaikat mendekapnya kuat-kuat dan
berkata lagi kepadanya, “Bacalah!”
Beliau tetap mengatakan, “Aku tidak dapat membaca.”
Malaikat mendekapnya untuk kedua kalinya sehingga
beliau kepayahan, dan berkata lagi kepadanya,
“Bacalah!”
Beliau tetap mengatakan, “Aku tidak dapat membaca.”
Maka malaikat mendekapnya ketiga kalinya agar
beliau menghadap kepada apa yang akan disampaikan
kepadanya dengan tekad bulat. Beliau menghadap
dan menerima dengan sungguh-sungguh.
Kemudian wahyu terputus selama tiga tahun atau
tiga puluh bulan, agar beliau rindu kepada embusanembusan
yang harum. Lalu diturunkan kepada beliau
surah Al-Muddatstsir. Kemudian Jibril datang
kepadanya dan memanggilnya.
Bagi kenabiannya, didahulukannya ucapan Iqra’
bismi rabbika (Bacalah dengan nama Tuhanmu)
merupakan bukti bahwa surah itu adalah yang terdahulu
dan kedahuluan atas risalahnya dengan
kabar gembira bagi orang yang diserunya.
**
Orang yang pertama beriman kepadanya dari
kalangan laki-laki dewasa adalah Abu Bakar, teman
di dalam gua dan orang yang membenarkannya.
Dari kalangan remaja adalah Ali. Dari kalangan
wanita adalah Khadijah, yang telah diteguhkan dan
dijaga hatinya oleh Allah. Dari kalangan bekas budak
adalah Zaid bin Haritsah. Dan dari kalangan hamba
sahaya adalah Bilal, yang disiksa Umayah karena
ia beriman kepada Allah. Dan tuannya yang kemudian,
yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, memberinya
kenikmatan berupa kebebasan.
Kemudian masuk Islam pulalah Utsman, Sa‘d, Sa‘id,
Thalhah, Ibnu Auf (Abdurrahman), dan putra bibinya,
Shafiyah. Dan orang lain yang diberi minum oleh Ash-
Shiddiq yang bagaikan jernihnya khamr pembenaran.
Ibadah beliau dan para sahabatnya terus berlangsung
tersembunyi. Sampai diturunkan kepada
beliau Fashda‘ bima tu’mar (Maka sampaikanlah
olehmu secara terang-terangan apa yang diperintahkan
kepadamu). Oleh karena itu, beliau terangterangan
menyeru makhluk kepada Allah. Dan kaumnya
tidak menjauhinya sehingga beliau mencela
berhala mereka dan beliau memerintahkan untuk
menolak selain Tuhan, Yang Maha Esa.
Maka mereka berani memusuhi dan menyakiti
beliau. Beratlah cobaan atas muslimin, sehingga
mereka pada tahun kelima (dari kenabian) hijrah ke
Najasyiyah (Ethiopia). Namun pamannya, Abu Thalib,
sangat menyayanginya. Maka masing-masing orang
dari kaum itu takut dan menjaganya.
Diwajibkan atasnya melakukan ibadah di
sebagian waktu malam. Kemudian dinasakh dengan
firman-Nya (yang artinya), “Maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al-Quran dan dirikanlah shalat.”
Dan difardhukan atasnya dua rakaat di pagi hari dan
dua rakaat di sore hari. Kemudian dinasakh dengan
diwajibkannya shalat lima waktu pada malam Isranya.
Abu Thalib meninggal dunia pada pertengahan
bulan Syawwal tahun kesepuluh dari kenabian.
Karena kematiannya itu, makin besarlah musibah
itu baginya. Tiga hari kemudian Khadijah menyusulnya,
maka sangat kuatlah cobaan atas kaum muslimin,
seperti kencangnya ikat pinggang. Suku Quraisy
menimpakan kepada beliau setiap hal yang
menyakitkan.
Lalu beliau pergi ke Thaif, mengajak Tsaqif (Bani
Tsaqif), namun mereka tidak memenuhinya dengan
baik. Mereka memanas-manasi orang-orang bodoh
dan hamba sahaya sehingga mereka memakinya
dengan kata-kata kotor. Juga melemparinya dengan
batu, sehingga darah menetes hingga melumuri
kedua sandalnya.
Kemudian beliau kembali ke Makkah dengan
sedih, lalu malaikat penjaga gunung meminta kepadanya
untuk mengizinkannya menghancurkan
penghuninya yang fanatik.
Namun beliau bersabda, “Sesungguhnya aku
berharap agar Allah mengeluarkan dari tulang punggung
mereka orang-orang yang mengurusi agama-
Nya.”
***
Kemudian beliau dijalankan di malam hari dengan
ruh dan tubuhnya dalam keadaan jaga dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan serambinya
yang suci. Dan beliau dimi‘rajkan (dinaikkan) ke langit.
Lalu beliau melihat Adam di langit pertama, yang
telah diagungkan dan ditinggikan oleh kebesarannya.
Di langit yang kedua beliau melihat Isa bin Maryam,
gadis yang bakti dan bersih, dan putra bibinya
(dari ibu), Yahya, yang telah diberi hikmah ketika
masih kanak-kanak. Di langit yang ketiga beliau melihat
Yusuf dengan romannya yang tampan. Di langit
yang keempat beliau bertemu Idris, yang kedudukannya
diangkat dan ditinggikan oleh Allah.
Di langit yang kelima beliau bertemu Harun, yang
dicintai di kalangan umat Bani Israil. Di langit keenam
beliau melihat Musa, yang telah diajak berbicara oleh
Allah Ta‘ala dan ia bermunajat kepada-Nya. Dan di
langit yang ketujuh beliau melihat Ibrahim, yang telah
datang kepada Tuhannya dengan hati yang bersih
dan maksud yang baik. Dan Tuhan telah memelihara
dan menyelamatkannya dari api Namrudz.
Kemudian beliau dinaikkan, diangkat ke Sidratul
Muntaha sampai beliau mendengar deritan qalam
(pena) mengenai urusan-urusan yang ditetapkan.
Sampai ke maqam keterbukaan tirai dan beliau
didekatkan oleh Allah pada-Nya. Dan Dia hilangkan
baginya tirai cahaya-cahaya keagungan. Allah perlihatkan
kepadanya dengan kedua mata kepalanya
apa yang Dia perlihatkan dari hadirat ketuhanan. Dan
Dia hamparkan baginya hamparan pengambilan
dalil.
Allah memfardhukan atasnya dan atas umatnya
lima puluh kali shalat. Kemudian awan anugerah itu
muncul sehingga dikembalikan kepada shalat lima
waktu. Lima waktu itu mendapat pahala lima puluh
kali shalat sebagaimana Dia kehendaki dan tetapkan
pada azali.
Kemudian beliau kembali malam itu juga, lalu
Ash-Shiddiq membenarkan Isra-nya itu. Begitu juga
setiap yang mempunyai akal dan pemikiran. Tetapi
suku Quraisy mendustakannya dan menjadi murtadlah
orang yang disesatkan oleh setan dan digelincirkannya.
***
Kemudian pada musim haji beliau sampaikan
kepada kabilah-kabilah bahwa beliau adalah rasulullah,
utusan Allah. Lalu berimanlah enam orang dari
golongan Anshar yang Allah khususkan mereka
dengan keridhaan-Nya.
Pada tahun berikutnya, dua belas orang laki-laki
di antara mereka berhaji dan berbai‘at dengan bai‘at
yang sebenarnya. Kemudian mereka pulang. Maka
Islam muncul di Madinah, yang menjadi tempat berlindung
dan tempat menetapnya.
Pada tahun ketiga, datanglah tujuh puluh tiga
atau tujuh puluh lima pria dan dua orang wanita dari
Kabilah Aus dan Khazraj. Lalu mereka berbai‘at kepadanya
dan beliau mengangkat dua belas orang
sebagai kepala. Maka orang yang beragama Islam
dari Makkah hijrah kepada mereka. Mereka meninggalkan
tanah air karena menginginkan apa yang
dijanjikan bagi orang yang meninggalkan kekafiran
dan menjauhinya.
Suku Quraisy takut beliau segera menyusul sahabat-
sahabatnya. Maka mereka berunding untuk
membunuhnya, namun Allah memelihara dan menyelamatkannya
dari tipu daya mereka.
Lalu beliau diizinkan untuk berhijrah. Orangorang
musyrik mengintainya agar mereka dapat menempatkan
beliau ke lahan kematian menurut anggapan
mereka. Lalu beliau keluar dan menaburkan
debu di atas kepala mereka.
Beliau menuju ke Gua Tsaur dan Abu Bakar Ash-
Shiddiq beruntung dapat menyertai beliau. Mereka
berdua tinggal di dalamnya selama tiga hari, dan
burung-burung merpati dan laba-laba menjaganya.
Kemudian keduanya keluar pada malam Senin.
Beliau naik sebaik-baiknya kendaraan (unta).
Suraqah mengejarnya, lalu beliau berdoa dan
memohon kepada Allah. Maka kaki-kaki binatang
yang dinaiki Suraqah itu masuk ke dalam tanah yang
keras dan kuat. Dan Suraqah memohon ampun
kepada beliau, maka beliau pun mengampuni.
***
Di Qudaid, beliau melewati tempat tinggal Ummu
Ma‘bad, seorang wanita Khuza‘ah. Beliau ingin membeli
daging atau susu darinya, namun tidak ada lagi.
Lalu beliau melihat kambing di rumahnya telah
ditinggalkan dari penggembalaan karena telah
payah. Beliau meminta izin kepadanya untuk memerah
kambing itu.
Wanita itu mengizinkan dan berkata, “Seandainya
pada kambing itu ada susunya, niscaya kami
mendapatkannya.”
Kemudian beliau mengusap susu kambing itu
dan berdoa kepada Allah, Tuhannya. Maka kambing
itu mengalirkan susu, lalu beliau memerah dan mem-
beri minum serta menyegarkan setiap orang dari
kaum itu. Lalu beliau memerah, memenuhi bejana,
dan meninggalkannya pada wanita itu.
Tak lama kemudian datanglah Abu Ma‘bad, sang
suami, dan ia melihat susu itu. Hal itu benar-benar
membuatnya sangat heran. Ia bertanya, “Dari manakah
susumu ini? Padahal, tidak ada kambing perah
di rumah ini yang dapat meneteskan air susu?”
Wanita itu menjawab, “Seorang laki-laki penuh
berkah, demikian dan demikian tubuhnya, melewati
tempat tinggal kita.”
Ia berkata, “Ini adalah orang Quraisy.” Dan ia bersumpah
dengan sebenarnya bahwa, seandainya ia
melihatnya, niscaya ia akan beriman, mengikuti, dan
mendekatinya.
Beliau tiba di Madinah pada hari Senin tanggal
12 bulan Rabi‘ul Awwal, dan bersinarlah penjurupenjuru
kota ini yang suci. Orang-orang Anshar
menjemput beliau, lalu beliau singgah di Quba’ dan
membangun masjidnya atas dasar ketaqwaan.
***
Beliau adalah manusia yang paling sempurna bentuk
tubuhnya, perangainya, memiliki tubuh dan sifat-sifat
yang luhur. Ukuran tubuhnya sedang, putih kemerahmerahan
warna kulitnya, lebar matanya, bercelak, tebal
bibirnya, kedua alisnya tipis dan panjang. Gigi serinya
renggang, mulutnya lebar dan bagus. Dahinya lebar
dan berdahi bulan muda. Datar pipinya, hidungnya tampak
sedikit tinggi dan mancung. Berdada bidang, telapak
tangannya lebar, tulang persendiannya besar, daging
tumitnya sedikit, jenggotnya tebal, kepalanya besar,
rambutnya sampai ke daun telinga.
Di antara bahunya terdapat cap kenabian yang
telah diratai oleh cahaya. Peluhnya jernih bagaikan
mutiara, dan baunya lebih semerbak daripada harumnya
katsuri.
Cara jalan beliau tenang, seolah-olah beliau turun
dari tempat yang tinggi. Bila beliau menjabat tangan
orang dengan tangannya yang mulia, orang itu mendapati
bau semerbak darinya sepanjang hari.
Bila beliau meletakkan tangannya di atas kepala
anak-anak, diketahuilah sentuhannya pada anak itu
di tengah anak-anak lainnya (Bila anak yang telah
disentuh kepalanya itu kembali bermain dengan
kawan-kawannya, dapat diketahui mana anak yang
baru diusap kepalanya karena harumnya).
Wajah beliau yang mulia cemerlang seperti
cemerlangnya bulan di malam purnama. Orang yang
menyifatinya berkata, “Aku tidak melihat sebelum dan
sesudahnya orang yang seperti dia. Dan tidak ada
pula manusia yang melihat sepertinya.”
***
Beliau seorang yang sangat pemalu dan rendah
hati. Beliau mengesol sendiri sandalnya, menambal
pakaiannya, dan memerah kambingnya. Beliau
melayani keluarganya dengan perilaku yang baik.
Beliau mencintai orang-orang fakir miskin dan
duduk bersama mereka, menjenguk orang-orang sakit
di antara mereka, mengiringi jenazah mereka, tidak
menghina orang fakir dan tidak membiarkannya fakir.
Beliau menerima alasan, dan tidak menghadapi
seseorang dengan sesuatu yang tidak disukai.
Beliau berjalan dengan janda-janda dan hamba
sahaya. Beliau tidak takut kepada raja-raja, dan
beliau marah karena Allah Ta‘ala dan ridha karena
keridhaan-Nya.
Beliau berjalan di belakang para sahabatnya dan
bersabda, “Kosongkanlah belakangku untuk Malaikat
Ruhaniyah!” Beliau mengendarai unta, kuda,
baghal (peranakan kuda dan keledai), dan keledai
yang dihadiahkan oleh sebagian raja kepadanya.
Beliau ikatkan batu di perutnya karena lapar,
padahal beliau telah diberi kunci-kunci perbendaharaan
bumi. Gunung-gunung merayunya untuk menjadi
emas baginya, namun beliau menolaknya. Beliau
menyedikitkan hal-hal yang berkaitan dengan dunia.
Beliau memulai salam kepada orang yang bertemu
dengannya.
Beliau panjangkan shalat dan beliau pendekkan
khutbah Jum’at. Beliau simpati kepada orang-orang
mulia, beliau hormati orang-orang utama. Beliau bergurau
tetapi tidak mengatakan kecuali yang benar
yang disukai oleh Allah Ta‘ala.
Di sini kami hentikan perkataan-perkataan baik
yang berisi penjelasan-penjelasan. Dan sampailah
penghabisan seluruh bacaan dalam menjelaskan
perihal Nabi Muhammad dengan terang.
***
Ya Allah, wahai Dzat yang kedua tangan-Nya
terbuka dengan pemberian, wahai Dzat yang apabila
diangkat telapak-telapak tangan hamba kepada-Nya,
Dia mencukupinya, wahai Dzat yang mahasuci dalam
dzat dan sifat-Nya, Yang Maha Esa dari adanya sesuatu
yang menyamai dan menyerupai-Nya, wahai Dzat yang
tersendiri (satu-satunya) dengan kekekalan, keterdahuluan
(dan tanpa permulaan), dan azali, wahai Dzat yang selain-Nya tidak diharapkan, dan selain-Nya tidak
dimintai pertolongan, wahai Dzat yang manusia
bersandar kepada kekuasaan-Nya yang terusmenerus,
dan Dia memberikan petunjuk dengan
kemurahan-Nya kepada orang yang memohon
petunjuk-Nya... kami mohon kepada-Mu, ya Allah,
dengan cahaya-cahaya-Mu yang suci dari segala
kekurangan, yang menghilangkan gelap gulitanya keraguan,
dan kami bertawasul kepada-Mu dengan
kemuliaan diri Nabi Muhammad, nabi yang terakhir
dalam bentuknya dan yang paling awal dalam hakikatnya,
juga dengan para keluarganya, bintang-bintang
keamanan dan perahu keselamatan, serta para sahabatnya
yang mempunyai petunjuk dan keutamaan,
yang menyerahkan jiwa mereka kepada Allah karena
mencari anugerah dari-Nya, juga para pembawa syariat
beliau yang memiliki riwayat-riwayat dan kekhususan,
yang merasa senang dengan nikmat dan karunia
dari Allah... agar Engkau memberi petunjuk
kepada kami supaya dapat ikhlas dalam perkataan
dan perbuatan, dan Engkau luluskan apa yang dicari
dan dicita-citakan setiap orang yang hadir, dan Engkau
selamatkan kami dari tawanan nafsu dan penyakitpenyakit
hati, dan Engkau wujudkan harapan-harapan
yang kami prasangkakan terhadap-Mu, dan Engkau
pelihara kami dari segala kegelapan hati dan cobaan.
Janganlah Engkau jadikan kami termasuk golongan
orang yang ditunggangi hawa nafsu. Dan
kami mohon agar Engkau dekatkan kepada kami,
buah yang mudah diambilnya dan sudah matang
karena keyakinan yang baik, dan agar Engkau
hapuskan dari kami setiap dosa yang kami perbuat,
dan agar Engkau tutup masing-masing dari kami
akan cacatnya, kelalaiannya, dan kebingungannya,
dan agar Engkau mudahkan bagi kami baiknya amal
yang bagian-bagian puncaknya itu sulit, dan agar
Engkau ratakan kepada kami perbendaharaan
karunia-Mu yang mulia, dengan rahmat dan ampunan-
Mu, dan agar Engkau kekalkan kekayaan kami
dengan tidak membutuhkan selain Engkau.
Ya Allah, amankanlah kami dari hal-hal yang
menakutkan, perbaikilah para pemimpin dan rakyat.
Besarkanlah pahala bagi orang yang melakukan
kebaikan pada hari ini.
Ya Allah, jadikanlah negeri ini dan seluruh negeri
Islam aman dan makmur. Siramilah kami dengan
hujan yang aliran hujan itu merata kepada tanah
datar dan bukitnya.
Ampunilah penggubah burdah yang baik dan
berkenaan dengan kelahiran Nabi ini, Sayyidina
Ja‘far, yang nasabnya sampai kepada Al-Barzanji.
Dan wujudkanlah baginya kebahagiaan, harapan,
dan cita-cita dekat dengan-Mu. Dan jadikanlah tempat
peristirahatan dan tempat tinggalnya bersama
orang-orang yang didekatkan kepada-Mu. Tutuplah
cacatnya, kelemahannya, keterbatasannya, dan
kebingungannya. Dan ampunilah pula penulisnya,
pembacanya, dan orang yang mendengarkannya.
Berilah rahmat dan kesejahteraan atas orang
yang pertama menerima tajalli dari hakikat keseluruhan,
yaitu Nabi Muhammad. Juga atas keluarganya,
sahabatnya, serta orang yang menolong dan
memuliakannya selama telinga dihiasi dengan
anting-anting permata karena mendengarkan untaian kata tentang sifat-sifat beliau. 

Dan hiasilah para
tokoh majelis atas yang lainnya dengan sifat-sifatnya.
Rahmat dan kesejahteraan yang paling sempurna
semoga senantiasa tercurah atas junjungan
kami, Nabi Muhammad, penutup para nabi, serta
keluarga dan sahabatnya semua.
Mahasuci Tuhanmu, wahai Nabi, Yang memiliki
kemuliaan dari sesuatu yang mereka (orang-orang
kafir) sifatkan. Semoga kesejahteraan juga senantiasa
terlimpah atas para rasul. Segala puji itu milik
Allah, Tuhan sekalian alam